Nelmayani Rawat Sang Ibu yang Sakit-Sakitan
Ingin Punya Usaha, Tapi Tak Punya Modal
Nelmayani, 45, berhenti bekerja sebagai tukang cuci keliling, untuk merawat ibu yang sakit-sakitan dan membesarkan satu orang anak. Sedangkan suaminya Yuliardi can, 45, hanya buruh serabutan. Dengan gaji Rp 50 ribu sehari, ia hidupi keluarganya, tentu saja tak mencukupi. Harapannya, ingin punya usaha kecil, namun apa daya tidak memiliki modal. Seperti apa?
Di dekat pelintasan jalan itu terdapat rumah semi permanen 4 kali 6 meter persegi, berada di atas rawa yang kering. Namun jika hujan turun rawa tersebut berlumpur dan menjadi tempat tinggal binatang reptil. Inilah kondisi tempat tinggal yang ditempati Nelmayeli dan keluarga. Rumah tersebut tak layak huni, lantaran luasnya sebesar dapur. Dindingnya pun hanya ditutupi triplet. Suasana ruangan pengap dan panas.
"Ini rumah kontrakan, harganya murah setahun hanya Rp 3 juta,"ucapnya.
Rumah tersebut hanya punya satu kamar, disitulah Nulmayeni bersama suami dan anaknya Aldo Hidayatullah, 14, tidur. Sedangkan sang ibu, diberi tempat tidur di ruangan tengah. Namun kondisi kamar sang ibu sangat memprihatinkan. " Ibu memang sengaja ditempatkan didekat kamar mandi, sebab beliau tak bisa melihat, jadi kalau mau ke toilet, lebih mudah," ujarnya.
Tak sampai di situ saja, dibelakang dapur luapan rawa ketika hujan, akan langsung masuk ke dalam rumah. Dan menggenangi disekitarnya. Jika kemarau, rawa tersebut tempat bersarangnya nyamuk dan jentik-jentik." Kalau tak antisipasi kelambu dan obat nyamuk, sudah bengkak-bengkak kulit saya. Di sini nyamuk banyak, sehingga kalau tak waspada akan rentan demam berdarah, "ungkapnya.
Selain itu kondisi atap dan lantai yang sering bocor, membuatnya mulai cemas kalau hujan, karena sudah pasti air merembes melalui celah dinding dan rumah. "Jelas banyak hewan jelata di sini paska hujan," tuturnya.
Tak lama kemudian ia kembali beridiri mengajak sang ibu duduk disampingnya, ia ceritakan bahwasanya sang ibu sudah lama sakit, mata nya katarak dengan kaki membengkak. " Penyakit ibu saya sudah komplikasi, jantung, mata, gula darah, namun kalau berobat pasti butuh duit, sedangkan untuk makan saja susah," ungkapnya sembari menerangkan bahwasanya BPJS sang ibu sudah dua bulan menunggak.
Ia berharap ada pengobatan gratis untuk sang ibu. Karena sekarang ia sedang pusing memikirkan antara membayar biaya sekolah, pengobatan ibu dan kebutuhan sehari. " Kalau memikirkan biaya sebanyak itu dengan gaji suami saya hanya Rp 50 ribu, sudah pasti berhemat ketat. Bayangkan saja, saya kadang makan, kadang tidak," ucapnya dengan airmata berlinang.
Ia ceritakan betapa peliknya hidup saat awal tahun sekolah, dimana kebutuhan anak sangat penting. Anaknya sampai tak ada uang belanja untuk berangkat sekolah. " Palingan kalau ke sekolah cuma di kasi untuk ongkos saja. Dari rumah ke gang ia cuma jalan, dan jarak perjalannnya satu kilo lebih," ungkapnya.
Ia katakan, kalau dahulu dirinya masih bisa membantu suami dengan menjadi tukang cuci dari rumah ke rumah, sekarang sejak ibunya sakit dia hanya bisa merawat dan menunggu kedatangan suami. " Kadang pas pulang ke rumah suami bawa uang, tapi sering juga tidak. Kalau sudah begitu terpaksa saya meminjam beras tetangga dan berhutang di kedai," terangnya.
Ia jelaskan, saat ini sang anak sudah sekolah tingkat SMP, tapi masih juga tidur bersamanya dan ayahnya. " Waktu SD anak saya sering sakit-sakitan, sehingga dengan kondisi seperti itu, ia sering libur sekolah. Akibatnya pas masuk SMP dia tak mampu untuk lulus di sekolah negeri. Akhirnya sekarang sekolah di Pertiwi, biayanya mahal," tuturnya.
Ia berharap, untuk bisa punya usaha kecil, biar bisa membantu suami, namun modal tak punya. " Saya ingin menjual lontong, setidaknya keuntungan penjualan itu bisa untuk ongkos anak saya. Sedangkan lontongnya kalau tak habis bisa dimakan keluarga," tuturnya.
Terpisah, sekretaris Lurah, menuturkan, sebagai pejabat kelurahan ia hanya bisa menfasilitasi perlengkapan surat, dan mempermudah kepengurusannya. Selain itu terkait kondisi warganya, ia akan langsung berkoordinasi dengan instansi terkait, untuk memperjuangkan nasib warganya." Saya bersama RT dan RW, siap membantu dan berkontribusi semaksimal mungkin dalam menfasilitasi warga, "jelasnya.
Di samping itu, melalui via telpon, Kepala Bidang perindustribusian, Baznas, industriyadi, menuturkan, terkait bantuan usaha untuk warga yang membutuhkan. Menurutnya untuk pengiriman berkas permohonan saat ini sudah di tutup, lantaran akhir bulan. Namun untuk tahun depan ia akan menerapkan sistem Padang Sejahtera. Padang Sejahtera adalah kegiatan memberikan bantuan stimulan kepada masyarakat miskin produktif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pembinaan berbagai usaha." Program ini akan diberlakukan kembali tahun baru, jadi untuk persyaratan akan diinformasikan ke kelurahan masing-masing. Saya berharap kepada media, jika memang ada warga miskin yang produktif untuk bisa di kumpulkan dahulu nomor telponnya, nanti kasi tahu ke saya, "tukasnya.
Komentar
Posting Komentar