BELAJAR DARI PERJUANGAN AYAH
Dahulu, kata ayah, lokasi cucian mobil ini adalah sebuah perbukitan semak, yang dilalui oleh para peladang dan peburu. Namun, ayah mampu memecah tebing dan batu perbukitan tersebut secara bertahap. Di awali sejak tahun 2007. Batu yang besar, dipecah sedikit demi sedikit secara manual dengan besi tajam yang dipukul menggunakan batu. Terbentuklah rataan tanah dengan luas yang cuma bisa dimasuki oleh tiga mobil kecil.
Waktu terus berlalu, batu perbukitan itu setengahnya mulai merata, luas tanahpun mulai bertambah. Orang-orang sekitar mengira ayah kurang waras, karena meratakan perbukitan dan batu besar, mereka bilang,"mana mungkin bukit dan batu sebesar itu diratakan, mungkin dia sudah stres "ujar mereka. Tapi berkat kegigihan ayah, tepatnya pada tahun 2010, semua batu perbukitan itu rata dengan tanah dan semen. Bahkan sudah bisa dimuati oleh lima belas mobil bahkan lebih untuk mencuci mobil, dan selang air yang tersedia pun sekitar sepuluh kran.
Singkat cerita, tempat tersebut diberi nama cucian aia mato. Saya bertanya, "kenapa namanya cucian aia mato, ayah?," beliau jawab,"karena dahulu tempat ini dibangun dengan aia mato (air mata), dengan ejekan orang, bahkan hinaan orang. Sekarang, Alhamdulillah sudah jadi lokasi pencucian,"ungkapnya.
Dari jerih payah itulah, kami dibiayai, baik pendidikan maupun kebutuhan lainnya. Andai saja kala itu, ayah terhanyut dengan omongan orang, atau patah semangat, mungkin tempat itu tak kan pernah tercipta.
#cerpen
Komentar
Posting Komentar