Sudut pandang (Belajar Menertawakan Diri Sendiri Ala Mahbub Djunaidi)
Tidak sedikit orang yang langsung
marah jika disindir, ditambah lagi kondisi sekarang yang serba sensitif, sedikit-sedikit
ucapan dikaitkan dengan tuduhan delik, apa-apa mesti dikatakan pencemaran nama baik, dari sebatas humor yang
sifatnya bercanda malah berujung jadi kasus yang menebarkan, dengan notaben sudah
merusak nama baik, akhirnya tak berani lagi untuk berucap, sebab dapat berisiko
terhadap diri, maka elok sajalah menertawakan diri sendiri, setiap kali saya
menulis sudut pandang biasanya selalu menuju untuk diri sendiri agar orang lain
tidak tersinggung dengan apa yang saya sampaikan, walaupun tujuannya untuk
mengkritik lingkungan. Yang jelas lemparkan saja dahulu cemoohan itu kepada diri.
Terkadang saya membayangan, bagaimana kalau Mahbub
Djunaidi hidup di era saat ini, apakah mungkin akan banyak orang tersinggung oleh
karya tulisnya? Ataukah orang akan susah nanti mencari delik dari kritikannya
karena memang terkenal dengan gaya bahasanya yang humor dan sarkastik, jika
kita membaca tulisannya, siapkan perut, karena humor dalam tulisan
ini pasti akan membuat kita terpingkal-pingkal dan ketagihan untuk terus
membaca, sebab pembawaan risetnya itu tidak kaku atau partisan. Jangankan kita
yang membaca, bahkan orang yang dikritik pun juga tak kan tersinggung dengan tulisan
itu, begitu cerdasnya Mahbub Djunaidi dalam mengolah kata-kata.
Mahbub Djunaidi lahir 22 Juli 1933, di Jakarta. Ia bergelar sebagai pendekar pena karena kecerdasannya dalam mengolah kata, profesinya macam-macam ragamnya, sastrawan, penulis, wartawan, agamawan, polikus pun juga pernah dia coba. Kritikan yang ia lontarkan dalam tulisannya tajam dan seringkali mencemooh, kolaborasi antara satire dan humor di dalamnya membuat Bung Karno pun terkesan.
Saya sudah koleksi dua buku karya
Mahbub Djunaidi, humor jurnalistik dan asal usul, di dalam buku itu
tersaji beragam permasalahan yang disusun dalam sejumlah judul, dan berisi tentang sudut pandangnya dalam menilai sesuatu,
mulai dari membahas berbagai macam problem yang terjadi di tengah masyarakat, sampai
membahas tentang kebijakan pemerintah dan permasalahan di dalamnya. Salah satu
tulisannya yang di buku humor jurnalistik berjudul “Buku Petunjuk”
Pendidikan Politik Sejak Dini”
Silahkan klik artikel ini Buku Petunjuk” Pendidikan Politik Sejak Dini
Tulisan itu berisi sindiran
satire yang membahas tentang pendidikan politik untuk anak-anak, tulisan itu
dikemas dengan humor yang ironi. Didalamnya anak disuruh membayangkan bagaimana
dunia sosial itu, bagaimana bentuk kekuasaan itu dan hak apa saja yang mesti dia
dapatkan dari kebijakan yang dibuat, lalu apa saja penyimpangan yang terjadi di
dalamnya, dijelaskan secara satire dalam tulisan itu. Siapa yang bisa
membayangkan imaginasi Mahbub Djunaidi yang begitu apik, mampu membuat tulisan
itu menjadi enak dibaca.
Adalagi tulisan yang berjudul “Dialog”, silahkan klik artikel ini
Cerita ini sindiran terkait
dinamika kehidupan dalam berumah tangga dan bagaimana cara pikir kaum perempuan
modern pada masa itu. Arisan itu disimbolkan bukan hanya sekadar kegiatan
sosial, tetapi juga ruang bagi para istri untuk mengekspresikan diri, menyampaikan
keresahan, dan menertawakan realitas dalam rumah tangga mereka. Tentu masih banyak tullisan lainnya.
Tulisan itu banyak diterbitkan di
media Kompas, dan beberapa diantaranya sudah dibukukan, adalagi bukunya yang berjudul
dari hari ke hari, atau buku angin musim, lalu adalagi judulnya “The
Binatangisme” dari judul saja sudah menarik, seperti apa kira-kira satire
di dalamnya.
Namun tak banyak lagi buku itu
beredar, kemarin saya cari sampai ke blok M Jakarta, hanya asal usul yang saya ditemukan.
Namun sebelumnya saya juga pernah ke Gramedia sekitar tahun 2020, dapatlah buku
yang berjudul humor jurnalisitik, tapi tak beberapa bulan setelahnya, saya kembali ke
sana, buku itu sudah sold out. Pernah juga saya coba untuk cari di belanja
online, beberapa ada yang tersedia dalam bentuk pdf nya, tapi banyak juga yang
mesti dipesan dahulu lalu dicetak kembali, sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk bisa sampai ke lokasi pemesanan.
Beberapa hari yang lalu
iseng-isenglah saya ke toko buku bekas, bertanya tentang perihal keberadaan buku tersebut, rupanya
sudah sold out juga, cepat betul habisnya, maka saya golongkanlah itu sebagai
buku langka, mungkin jika ada kesempatan lagi, saya akan berburu kembali buku tersebut,
buku yang jadi tempat belajar bagaimana tata cara satire yang tidak menyinggung
perasaan orang, atau tata cara menertawakan diri saya sendiri, tanpa merusak
nama baik orang.
Komentar
Posting Komentar