Kisah Pilu, Bapak Tua di Padang Teater Lantai Dua

"Sebatang Kara dan Sudah Sakit-sakitan"

Beberapa orang menganggap Yusuf sudah sekarat, melihat berbagai macam penyakit yang dideritanya. Pedagang sekitar takut Yusuf meninggal dunia ditempat. 

Pria tua, 76 tahun itu, menyebut dirinya sebagai penjaga ronda malam di Padang Teater lantai dua. Kondisinya memprihatinkan dengan kedua kaki yang bengkak, dan  benjolan besar di bahu kanan. Salah satu matanya sudah buta. Saat berjalan terpaksa meraba-raba. 

Ia mengenakan pakaian hitam  lusuh,  yang sudah apek, dilehernya terdapat asesoris kalung bintang dengan hiasan batu mulia. Aroma tubuhnya pesing, jika berdekatan langsung akan membuat orang lewat tutup hidung. 

Ia tinggal ditumpukan kardus dan botol bekas,  tepat di bangunan bekas terbakar lantai dua Padang Teater. Saat ditanyai, ia hanya diam. Ketika disuguhi satu batang rokok, ia mulai berbicara tentang kisah hidupnya. 

Nama pria tersebut Yusuf, alamat di Sawahan. Ia bercerita,  dahulunya bekerja sebagai mandor kuli panggul di Pasarraya. Masa itu, kehidupannya lumayan berkecukupan, karena tak kontrol diri,  uangnya habis dihamburkan. Orang sekitar menyebutnya gaek TKW. Entah apa maksud dari nama tersebut. Kata sebagian orang dahulu dia berjaya, disebabkan faktor perlakuan dan sikapnya yang kurang baik,  akhirnya dia terlunta-lunta. 

Ia mengaku,  setiap harinya membantu pedagang untuk membersihkan kedai,  dari situ dapat upah untuk makan. "Saya menolong mereka menyapu kedai,  nanti dikasi duit buat beli nasi dan kopi," ujarnya.

Tak sedikit orang yang enggan melihatnya. Diakuinya memang benar sudah bertahun-tahun tak mandi,  karena tidak  niat untuk melakukannya. "Saya mandi sesekali,  kapan ingat saja,"ujarnya sembari menyatakan kalau dia sudah berada di sini sejak gempa bumi. 

Ia ceritakan, sekarang hidup seorang diri tak punya sanak dan saudara, apalagi isteri ataupun anak. Dahulu sempat,  tapi karena kelakuannya kurang baik, tak satupun dari keluarga sudi menerimanya. "Saya sudah tak ingat lagi apa yang terjadi dengan saya dahulunya," ucapnya.

Selama terlunta-lunta, tak ada sedikitpun orang yang iba melihat kondisinya. Pria tua itu sering mengkonsumsi air kencingnya yang ditampung pakai botol, saking tak ada air minum. "Air buangan itu obat dari segala penyakit," tuturnya. 

Ia mengeluh karena berbagai macam penyakit yang dideritanya,"Saya tak pernah berobat, kalau demam atau luka palingan dibiarkan saja. Setidaknya saat ini saya tak pernah lagi peduli dengan kondisi," ucapnya. 

Walau demikian, tak pernah terfikirkan oleh Yusuf apa yang akan berdampak terhadap dirinya,  jika dibiarkan dalam kondisi seperti itu. 

Saat dikonfirmasi kepada salah satu pedagang sekitar, Tomi Iskandar, 28, yang selalu memantau dari jauh kondisi bapak tersebut. Ia sering mengira sang bapak sudah meninggal dunia. "Sering sekali dia gak bergerak,  selama beberapa jam, pas saya dekati ternyata dia tidur,"ujarnya.

Katanya, pernah sekali si bapak kolaps, karena sesak nafas, kemudian dibantu dengan obat semprot asma, setelah itu ia kembali sadar." Bapak sudah sakit-sakitan sesak nafas, tapi tetap saja merokok, "ujarnya. 

Ia sangat prihatin, jangan sampai bapak tersebut meninggal ditempat, lantaran tak ada yang mengurusnya." Itu yang saya takutkan, "imbuhnya. 

Ia berharap akan ada pihak tertentu untuk bisa menolong si bapak. Sebab sebagai pedagang buku, ia hanya bisa membantu dengan memberi minuman ataupun makanan seadanya."Sesekali ada juga yang memberi bapak tersebut sumbangan. Tapi tidak tahu uangnya dipakai untuk apa,  atau dikasi ke siapa, "tukasnya. 

Komentar

postingan populer