KISAH SUMARNI YANG MENGHIDUPI KELUARGANYA PADA USIA SENJA
Sumarni, wanita 60 tahun, menjadi tulang punggung kelurga paska sang suami terserang stroke. Hidupi keluarga dengan cara mendatangi rumah tetangga untuk menawarkan diri sebagai tukang cuci keliling. Harapannya ingin suami berobat. Namun akses ke rumah sakit butuh kursi roda. Inilah kisah hidup Sumarni.
Rumah itu dari luar tampak seperti bangunan lama, yang terbuat dari kayu. Tekstur bangunan yang miring menambah kesan, kalau bangunan ini sudah lama tak diperbaiki dan tak layak untuk di huni. Didalamnya duduk seorang pria tua dengan tongkat besi ditangannya. Ia terlihat bingung. Pria 63 tahun itu bernama Burhan, tak berhenti menunjuk sudut ruangan. Ia menyuruh untuk mengambil sesuatu dari dalam ruang tamu. Entah apa yang dipikirkan pria tersebut.
Memang benar, di dalam ruangan terdapat kursi. Sekiranya lelaki lansia itu menyuruh kami untuk duduk di kursi tersebut. Suaranya yang terbata-bata mengucapkan silakan duduk. " Duduklah dulu, tunggu istri saya pulang," jelasnya terbata-bata.
Di sisi ruangan terdapat sebuah televisi keluaran lama yang sudah berdebu. Sepertinya televisi itu sudah rusak.
Sembari menunggu sang istri pulang, Burhan sempat berbincang-bincang. Tapi suaranya tidak jelas, lantaran kondisi strokenya membuat saraf kiri pria ini kurang berfungsi. " Saya sudah dua tahun menderita stroke," ungkapnya.
Tak berapa lama sang istri pulang dari bekerja sebagai tukang cuci keliling. Ia hanya tersenyum melihat suaminya yang buang air kecil di sekitar tempat duduk. "Suami saya tak bisa berjalan, kalau dipaksakan ia akan jatuh," jelas Sumarni, isteri Burhan, saat sampai di rumahnya.
Sebagai isteri, Sumarni, selalu menjaga suami dan anaknya. Malahan ia yang menggantikan peran kepala keluarga, paska suami stroke. " Saya bekerja dari rumah ke rumah mencuci ataupun menyeterika pakaian," ucapnya.
Pekerjaan ini rutin ia lakukan setiap hari. Mulai dari jam 05.00 pagi sampai 17.00 sore. Rumah yang ia kunjungi dalam sehari itu sekitar tiga buah. " Selesai satu rumah, lanjut ke rumah berikutnya,"tuturnya.
Kalau masalah lelah tentu saja dia rasakan. Sungguhpun demikian, entah kepada siapa akan mengadu. Terpaksa ia nikmati keletihan tersebut. "Saya sempat sakit karena bekerja terlalu keras. Tapi pekerjaan tetap saya pikul," terangnya.
Ia pun hanya terima gaji sekali dalam sebulan, itupun tak lebih dari satu juta rupiah. " Gaji saya perbulan Rp 550 ribu," tuturnya.
Cukup tidak cukup harus ia cukupkan. Palingan kalau masalah makan ia tak perlu khawatir. Sehari itu ada saja yang memberi rezeki. " Alhamdulillah saya sering di beri makan oleh keluarga tempat saya bekerja,"tuturnya.
Terkait kesulitan keuangan yang ia rasakan. Anaknya yang masih berusia 20 tahun pun ikut terimbas oleh kesulitan keluarga. Sampai sekarang sekolahnya tak tamat, dan malahan berhenti sewaktu masih kelas tiga SMK. "Sekarang anak saya satu-satunya bekerja semberawut dan tak tau arah," ujarnya.
Awalnya ia tak menyangka kalau suami bisa kena stroke. Padahal cuma bekerja seperti biasa dan tak ada tanda apa-apa. Namun, tiba-tiba mata sang suami juling sebelah. " Sayapun heran, kenapa suami saya tiba-tiba kaku. Padahal tak ada keluhan atau jatuh," ungkapnya.
Kalau masalah bantuan untuk warga miskin ia tak pernah dapat. Kecuali Kartu Indonesia Sehat (KIS) . Itulah yang digunakan untuk mengobati sang suami. "Saya hanya pernah obati suami ke puskesmas. Namun malah di rujuk ke rumah sakit. Saya tidak bisa membawanya ke rumah sakit, sebab tak kuat menggendongnya," ungkapnya beruraian air mata.
Jauh dari lubuk hati. Keinginan terbesarnya bisa membawa suami ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan lanjut. Namun akses untuk ke sana ia tak punya. " Saya ingin suami saya di sumbangkan sebuah kursi roda. Biar saya dorong ke rumah sakit terdekat," ucapnya.
Dilain hal Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Fitriyeni, 42, menuturkan, ia sudah daftarkan nama Burhan ke pihak Dinas Sosial. Lebih kurang enam bulan yang lalu Fitriyeni daftarkan bantuan untuk perbaikan gizi. " Sudah terdaftar, namun sedang proses. Di sisi lain yang bersangkutan sangat membutuhkan kursi roda," ujarnya.
Ia berharap semoga dinas terkait membantu Burhan untuk di berikan sebuah kursi roda. " Saya rasa kalau pak Burhan diterapi akan cepat sembuh," tuturnya.
Disamping itu, Sekretaris Lurah, Yasni, mengungkapkan, salah seorang warganya yang tergolong miskin harap di beri bantuan. Baginya Burhan adalah kepala keluarga, paska sakit, istrinya yang bekerja. Ia merasa kasihan terhadap kondisi keluarga Burhan. Sehingga harapannya untuk tahap awal di berikan kursi roda. " Dengan adanya kursi roda, mudah-mudahan yang bersangkutan bisa secepatnya dibawa ke rumah sakit dan cepat sembuh," pungkasnya.
Saat di konfirmasi ke Kepala Dinas Sosial Kota Padang, menjawab, akan langsung selidiki dan turun ke lapangan terhadap kondisi keluarga Burhan tersebut. Sebagai Dinas Sosial ia sangat berterimakasih dengan informasi yang seperti ini. Salah satu cara mempermudah ia dalam menyalurkan bantuan bagi yang membutuhkan. " Kami akan cek langsung ke lapangan. Jika memang yang bersangkutan butuh bantuan akan kita bantu," tukasnya.
Komentar
Posting Komentar