Melawan lupa (Sejarah Masuknya Islam Ke Kenagarian Bungus Teluk Kabung)

                 

Kalau berkunjung ke Jalan Simpang Tigo, Kelurahan Bungus Timur, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat, eloklah singgah sejenak ke Masjid Raya Nagari Bungus. Konon katanya ini adalah masjid tertua di nagari itu.

Ini masjid bukan sembarang masjid, masjid ini adalah bukti sejarah awal mulanya agama islam masuk ke Nagari Bungus Teluk Kabung. Saya ini kan orang kampung sini, sejak lahir barulah tahun 2017 mendapatkan informasi tentang sejarah ini.

Cukup berbangga saya pada waktu itu diberi kesempatan bisa bersua seorang ulama tertua yg masih hidup, bernama Tuanku M. Husin atau biasa dikenal dengan "Angku Ampalu" beliaulah salah satu murid syekh Burhanudin Ulakan, ulama dan guru besar yang menyebarkan agama Islam ke nagari Bungus melalui muridnya.

Saya bernostalgia lah sedikit bagaimana pula bisa bersua "Angku Ampalu". Jarak lokasi ini dari rumah saya hanya 15 menit. Dengan mengendarai motor, sampailah saya di sebuah rumah bangunan lama yang terbuat dari kayu. Di ruangan itu duduklah seorang pria berusia 80 tahun. Ditopang tongkat, matanya mengarah ke sebuah bingkai foto yang berisikan sebuah Ranji (susunan grafik keturunan mulai dari nenek moyang sampai dirinya).

Singkat cerita, setelah lama berbincang, beliau mulai menjelaskan maksud dari grafik ranji tersebut.

Dahulunya ada seorang guru dari Pariaman bernama Syekh Burhanuddin Ulakan, beliau adalah ulama besar yang berguru kepada Syekh Abdur Rauf Al Singkli dari Aceh, Syekh ini berguru pula kepada Syekh Ahmad Al – Qashashi dari Madinah, begitu tingkatan seterusnya, sampai tingkat tertinggi adalah Ali Bin Abi Thalib, sahabat Rasulullah.

Syekh Burhanuddin Ulakan adalah orang pertama yang membawa ajaran tersebut ke Masjid Raya Nagari Bungus, melalui murid beliau Syekh Bintungan Tinggi, Syekh Bintungan Tinggi adalah guru dari Tuanku Khatib Simpang Tigo. Tuanku Khatib Simpang Tigo, memiliki 6 murid dari Bungus, salah satunya adalah Tuanku M. Husin. Begitulah kira-kira sejarah dari ranji tersebut.

Kalau ditanya sekarang, apakah Tuanku M. Husin atau "Angku Ampalu," masih hidup? Sudah tidak, beliau sudah lama wafat dan dimakamkan di depan Surau Ampalu persis di dekat rumahnya.

Komentar

postingan populer