Merawat Ingatan, Monumen Tugu Nelayan Gaung Yang Terlupakan
Penduduk Sekitar Tak Kenal Monumen tersebut.
Monumen Tugu Nelayan yang berlokasi di Gaung, Kelurahan Gates Nan XX, Kecamatan Lubukbegalung, menyimpan banyak sejarah. Bahkan monumen itu adalah saksi mata terbunuhnya 11 pemuda Gaung oleh tentara Inggris pada tahun 1945. Masyarakat menamai tragedi tersebut lautan darah dan api.
PADA monumen itu, terdapat sebuah patung nelayan yang berdiri kokoh di atas batu yang besar, tepat di Jalan Gaung setelah Simpang Pelabuhan Teluk Bayur. Tangan kiri patung tersebut rusak, sedangkan topi patung hilang. Kata penduduk sekitar patung itu menunjuk ke arah Sungai Beremas. Lokasi terjadinya pertumpahan darah secara besar-besaran kala itu.
"Kami menamai monumen ini, Tugu Nelayan, "ujar Syafril Ayub, Ketua RW 01, Kelurahan Gates nan XX, Kecamatan Lubukbegalung, memulai cerita terkait sejarah monumen tersebut.
Arah tangan patung tersebut menunjuk ke lokasi Sungai Beremas. Wilayah itu jadi saksi pertumpahan darah penduduk Gaung.
"Kalau disejarahnya lokasi yang ditunjuk patung adalah kawasan lautan darah dan api yang terjadi di sepanjang pesisir pantai Gaung. Berarti pada lokasi tersebut ada dua kejadian, kebakaran yang membakar bangunan dan pembunuhan secara besar-besaran,"ungkap Syafril Ayup, yang kerap disapa Jang Ayub.
Dibagian sisi depan patung terdapat sebuah prasasti yang terukir tanggal dan tahun kejadian pertumpahan darah tersebut. Selain itu, tampak daftar nama sejumlah korban dari amukan pertumpahan darah itu.
"Ada sekitar 11 nama yang jadi korban pertumpahan darah saat itu, yakni, Balok, Lapau, Buyung etek, Bahar, Akup, Naika, Asam, Tinda, Syamsuddin, selebihnya tak dikenal namanya. Semua nama itu adalah pemuda Gaung yang dibunuh oleh pasukan Inggris," jelasnya.
Sesaat ia terdiam, mencoba mencerna sejarah masa lampau tersebut. Monumen itu dibangun tanggal 18 Agustus 1985. Monumen itu adalah bukti perjuangan pemuda Gaung saat dibakar dan dibantai oleh tentara Inggris.
"Pada tanggal 17 November 1945, pemuda-pemuda Gaung mencegat dua orang Inggris (awak kapal) kemudian menewaskannya, saya kurang tahu sebab awak kapal itu dibunuh, tapi diprasasti tertulis begitu, "ucapnya memulai cerita.
Ia lanjutkan tanggal 2 Desember 1945, pemuda-pemuda Gaung ikut serta dalam pencegatan dan menewaskan perwira sekutu, Mayor Andherson dan juru rawat di lokasi Jalan Bukit Lampu.
" Kemudian tepat tanggal 9 Desember 1945 tentara sekutu menembak sebelas orang pemuda-pemuda Gaung dan pemuda lainnya di Pasir Pantai Gaung. Itu awal mengamuknya pasukan Inggris kala itu, "bebernya.
Lalu, ujarnya, tanggal 10 Desember 1945, dibumi hanguskan bangunan-bangunan di wilayah Gaung, Teluk Nibung dan Sungai Beremas oleh sekutu." Waktu itu terjadi kebakaran secara besar-besaran dan menghanguskan sekolah desa, Masjid dan madrasah, surau dan 256 rumah penduduk, "terangnya.
Monumen tersebut diresmikan oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)." Sekarang namanya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Yang memprakarsai pembangunan monumen ini adalah kepala kampung zaman dahulu, namanya Sawirnuddin atau biasa disapa Punjat Gaung. Dia dan masyarakat yang membuat bangunan tersebut. Bangunan itu dibangun untuk merawat ingatan sejarah tragedi lautan darah dan api di Gaung, "jelasnya.
Ia katakan, pihaknya setiap tanggal 17 Agustus, tugu tersebut selalu dibersihkan." Kami sudah punya rencana ke depan untuk jadikan tugu ini sebagai monumen sejarah Gaung. Rencananya akan di pagar, sehingga masyarakat tahu soal monumen ini, "bebernya.
Ia katakan selama ini, memang tak terawat, bahkan pengendara yang lewat membuang sampah ke tugu tersebut.
Salah satu warga sekitar, Asriananta, 32, mengatakan tak tahu dengan monumen tersebut." Jadi ini monumen ya, saya kira patung biasa, "tukasnya.
Komentar
Posting Komentar