Hewan Liar Seperti Kera pun Ikut Belajar
Sekolah Dasar Negeri 26 Rampung ini menjadi salah satu sekolah dengan lokasi yang rawan bencana di kota itu. Bagaimana tidak, di belakang gedung sekolah langsung bersinggungan dengan bukit, bahkan tepat di belakang kelas terdapat batu besar yang diklaim dari hari ke hari semakin membesar.
SD Negeri 26 Rampung, Jalan Kaluang ini merupakan salah satu sekolah yang terletak di kaki bukit. Lingkungan sekolah tersebut tampak asri, karena ditumbuhi semak dan pepohonan. Diantara semak itu terdapat batu besar yang diklaim penghuni sekolah selalu bertambah besar.
Siapa sangka dibalik keindahan dan keasrian tersebut, sekolah ini rawan akan longsor. Ditandai kala itu, puluhan tahun yang lalu, pernah terjadi longsor besar, yang tanahnya menimbun setengah ruang kelas. Sejak itu, penghuni sekolah jadi trauma jika hujan lebat datang.
"Kalau sudah hujan lebat dan air aliran selokan ini berwarna tanah, kami langsung menyuruh siswa untuk pulang. Soalnya kami takut kalau terjadi longsor, "ujar Arlina, selaku Kepala Sekolah.
Selain itu, di bawah bangunan sekolah tersebut terdapat mata air, kalau hujan maka air akan merembes keluar melalui celah-celah lantai keramik disetiap sudut ruangan, akibatnya lantai sering basah dan tergenang air.
Kondisi tersebut lama kelamaan akan mampu mengikis sedikit demi sedikit tanah yang berada di bawah bangunan tersebut. Sehingga saat ini sudah terlihat ada retakan di sisi pondasi penopang bangunan sekolah.
"Kalau dari jauh memang tidak terlihat apapun, tapi kalau dilihat dari dekat, ada retakan yang dampaknya luar biasa, kalau digeser gempa, "ucapnya sambil menunjuk beberapa pondasi yang retak, di depan jalan keluar sekolah dan di pekarangan sekolah.
Jika berjalan ke belakang sekolah tampak sebuah batu besar yang menutupi jendela kaca kelas satu. Jarak antara kelas tersebut dengan batu besar itu hanya beberapa centi.
"Batu ini, semakin hari semakin besar, kayaknya batu itu hidup, sama kayak batu besar di lapangan upacara, tak bisa di pecahkan, soalnya dia besar terus, "ujarnya.
Melihat kondisi yang demikian para guru dan siswa merasa kurang nyaman dalam kegiatan belajar dan mengajar. Yang ada kecemasan dan rasa was-was.
" Saya mencemaskan keselamatan anak-anak. Sudah pasti kegiatan belajar mengajar akan terganggu. Soalnya kami harus selalu was-was dengan kondisi lingkungan, "terangnya.
Bukan hanya rawan banjir, setiap pelajaran usai, dan semua siswa sudah dipulangkan, kelaspun ditutup. Keesokan harinya kondisi meja sudah berantakan dan dipenuhi kotoran hewan. Rupanya kera ikut masuk ke semua kelas yang berada di dekat semak, jika pintu tak di tutup.
" Kera juga ikut belajar di sini. Kalau siswa belajarnya pagi sampai siang kalau kera sorenya, "bebernya sambil tersenyum.
Ia berharap, paling tidak ada perhatian dari pihak terkait, tentang kondisi sekolahnya dan mencarikan solusi agar siswanya bisa belajar dengan nyaman, tanpa harus was-was dengan longsor.
" Ya ini sudah risiko sekolah saya dekat bukit. Apapun yang terjadi harus dihadapi, "imbuhnya.
Salah satu siswa kelas empat, Akbal, mengaku, jika sudah hujan lebat, maka aliran mata air yang merembes melalui batu di semak belakang sekolahnya akan deras, akibatnya suara desiran air seperti suara longsoran tanah.
"Saya kadang takut mendengar desiran air itu, seolah-olah seperti ada tanah yang longsor saja. Kalau mata air sudah deras akibat hujan lebat, maka kami disuruh pulang sama buk guru, "tukasnya. (*)
Komentar
Posting Komentar